Aktivis Beber Dugaan Penyimpangan Proyek Jalan Tately-Agotey-Kakaskasen, Kontraktor Pelaksana No Comment

Minut227 Views

Manado, goldennews.co.id-Aktivis anti korupsi, Calvin Limpek membeber dugaan penyimpangan pengerjaan proyek Jalan Tateley-Agotey-Kakaskasen. Proyek  yang dikerjakan selama dua tahun, 2021 dan 2022 dinilai Calvin berpotensi mengakibatkan kerugian negara dalam jumlah cukup besar.

“Kami beberapa kali turun lokasi. Kami jalan dari Desa Agotey sampai Desa Kayawu untuk menjalankan fungsi pengawasan. Hasil yang kami peroleh terjadi banyak kejanggalan pada pekerjaan yang menelan anggaran cukup besar itu. Tim sepakat melaporkan pelanggaraan pekerjaan proyek ini ke APH,” kata Calvin Limpek kepada wartawan di Manado, seperti dilansir dari indobrita (gup goldenndews), Senin (12/12/2022) malam.

Proses pengerjaan Jalan Tately-Agotey-Kakaskasen (Foto: Calvin)

Aktivis yang sudah membongkar sejumlah kasus korupsi besar di dua provinsi, Sulut dan Gorontalo ini kemudian merinci kejanggalan yang ia peroleh bersama timnya di lapangan. “Proyek ini menggunakan batu merah berpori untuk pasangan batu, material olahan campuran secara manual untuk jalan pembuatan beton dan peningkatan jalan yang memakai material galian c di lokasi batu sebagai dasar batu merah,” Calvin menguraikan.

Maka itu, Calvin menduga proyek Jalan Tately-Agotey-Kakaskasen ini tidak sesuai konstruksi pekerjaan permukaan lapis laston AC-WC dan AC-BC yang harusnya menggunakan Agregat A dan Agregat B. “Pekerjaan ini ditengara hanya menggunakan material galian yang ada di lokasi material batu merah,” ucapnya.

Kejanggalan selanjutnya yang disebut Calvin adalah pekerjaan beton yang diduga tidak sesuai karakteristik, spesifikasi dan ketebalan beton sebagaimana yang dipersyaratkan. “Sesuai keterangan pekerja di lokasi Kayawu, kantraktor hanya menggunakan beton campuran secara manual. Jelas ini tidak sesuai FC 15. Diketahui FC15 itu sama dengan K175 yang mutlak dipakai di pekerjaan beton,” Calvin memaparkan.

Pria yang sempat berkarier sebagai juru warta ini juga menilai adanya pengabaian base couse dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga tak sesuai spesifikasi teknis standar dokumen lelang. Pun kadar semen menurut Calvin yang ditengara tak memenuhi standar spesifikasi teknis dan karakteristik yang dipersyaratkan.

Baca juga:   Sinar Doan Tagah di Dua Profesi

“Pekerjaan seperti itu tentu sangat berpengaruh dalam volume pada item pekerjaan. Hal ini secara otomatis berpengaruh terhadap harga dalam kontrak,” ungkapnya.

Calvin tak lupa menyorot item pekerjaan di bawah aspal yang diduga tak mencapai ketebalan sesuai rencana dan ketentuan. “Kami melakukan coredrill pada beberapa titik secara acak di lokasi pekerjaan untuk selanjutnya dimasukkan dalam pengujian laboratorium. Kami menggunakan tim independen,” ujarnya.

Calvin menguraikan, jika kadar aspal yang diperoleh lebih besar dari pada yang direncanakan, maka kemungkinan akan terjadi bleeding. Sebaliknya, jika kadar aspal yang diperoleh lebih kecil dari yang direncanakan, maka akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menahan beban lalu-lintas.

“Terutama akan berdampak kurangnya daya ikat terhadap aggregate kasar dan aggregate halus yang mengakibatkan cepat hancurnya hotmix tersebut. Ini akan menimbulkan munculnya pori-pori jalan yang memudahkan air masuk pada padan jalan hujan sehingga akan mempercepat adanya retak jalan,” katanya.

Masih terkait dengan pengaspalan, Calvin berpendapat kontraktor pelaksana sering melakukan pemadatan di bawah Suhu 120°C. Malah sampai ada aspal sudah 80°C dan 70°C masih tetap dilanjutkan. “Ini cara kontraktor untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya,” ucapnya.

Calvin beranggapan penghamparan suhu aspal tidak sesuai spesifikasi teknis seharusnya “Penghamparan aspal tersebut dilakukan pada suhu +/- 120°C dan setelah break down rolling (tandem) pada suhu antara 120°C – 90°C dengan jumlah passing sesuai trial compaction intermediate rolling atau PTR,” dia menegaskan

Dengan berbagai dugaan kejanggalan tersebut, Calvin meminta APH melakukan coredrill di beberapa titik secara acak. Setelah itu d bawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian sesuai aturan. “Ada anggaran negara yang diberikan kepada APH untuk menyewa tim independen, tim ahli dalam melakukan audit investigasi pembuktian di lapangan,”  katanya.

Baca juga:   Bahas Soal SDM Kandidat DPR RI, Pangbes Tommy Rondonuwu Sebut Nama Jerry Sambuga

Calvin bersama tim juga berencana dalam waktu dekat untuk melaporkan dugaaan adanya tindak pidana korupsi pada pekerjaan proyek.“Jangan masyarakat dan negara yang dirugikan karena pekerjaan yang tidak profesional,” ujarnya

Di sisi lain, kontraktor pelaksana proyek tak memberi tanggapan yang diharapkan saat dikonfirmasi mengenai temuan Calvin Cs tersebut. “Saya tak mau salah memberi komentar atau jawaban. Nanti saya tanyakan dan bahas dulu dengan pengawas serta orang lapangan,” kata Apit, Big Bos CV Karya Nender saat dihubungi via telepon selular, Rabu (14/12/2022).

Diketahui, CV Karya Nender menjadi kontraktor pelaksana proyek untuk TA 2022 dengan nominal kontrak Rp9,7 miliar. “Terima kasih sudah menghubungi,” ujar Apit.

Setali tiga uang, Kevin Aaron dari PT Moraya Bangun Sakti juga memilih diam saat mintai tanggapan.  “Saya akan sampaikan ke papa soal ini,”  ujar Kevin singkat.

PT Moraya Bangun Sakti merupakan perusahaan yang mendapatkan pekerjaan untuk proyek di TA 2021 dari Dinas PUPR Provinsi Sulut. Sesuai data, nominal kontrak yang diperoleh PT Moraya Bangun Sakti sebesar Rp16,5 miliar.

Jadi jika total selama dua tahun, proyek Jalan Tately-Agotey-Kakaskasen ini berkisar Rp26 miliar. Nilai tersebut terbilang besar.

“Anggarannya cukup besar. Tapi, hasil pekerjaan kurang maksimal. Kami juga akan segera melaporkan dugaan terjadinya tindak pidana korupsi di proyek ini ke APH,” kata Arta Senius dari Gerakan Rakyat Anti Korupsi (Gerak) Sulut.(*/yuk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *