Pasca Dilantik Presiden, Prabowo Siap Perang?

Opini, Sosok144 Views

Jakarta, goldennews.co.id – Belanja Alutsista Indonesia oleh Menhan Prabowo sudah lebih dari 500 Trilyun di Tahun ini.

Hal ini membuat banyak opini netizen menjadi liar. Beberapa komentar menyebutkan Prabowo rencananya agresi militer ke negera tetangga.

Sehubungan IKN berada satu daratan dengan dua negara tetangga, ramai netizen berpikir jika Prabowo menyiapkan alutsista untuk menguasai pulau Borneo.

Prabowo Subianto, yang juga merupakan mantan calon presiden Indonesia dalam beberapa pemilu, terkenal karena visinya yang berfokus pada pertahanan nasional dan pembangunan militer, namun bukan untuk tujuan agresif terhadap negara-negara tetangga.

Prabowo selama karir politiknya lebih menekankan pentingnya meningkatkan pertahanan Indonesia untuk menjaga kedaulatan negara dari ancaman eksternal.

Khususnya di wilayah perbatasan seperti Laut Natuna Utara yang sering kali menjadi titik ketegangan regional akibat klaim teritorial yang tumpang tindih, terutama dengan Cina.

Dalam konteks ASEAN, Prabowo juga kerap menegaskan pentingnya stabilitas dan kerjasama regional di Asia Tenggara, dan hubungan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam selalu dijaga baik melalui diplomasi.

Sebagai salah satu negara yang menjunjung tinggi prinsip non-agresi dalam politik luar negerinya.

Indonesia memiliki komitmen untuk menyelesaikan segala bentuk konflik melalui jalur diplomasi.

Hubungan dengan Malaysia dan Brunei, meskipun kadang mengalami ketegangan kecil terkait isu-isu perbatasan atau tenaga kerja, tetap didasari pada prinsip kerjasama, dialog, dan persahabatan sebagai sesama anggota ASEAN.

Oleh karena itu, isu tentang rencana Prabowo untuk menyerang negara-negara tetangga tersebut tidak didukung oleh fakta dan tidak sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang mengedepankan perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Jika Prabowo dilantik menjadi presiden, fokus utamanya kemungkinan besar akan tetap pada pembangunan kekuatan pertahanan domestik serta peningkatan kerjasama keamanan di kawasan Asia pasifik, bukan memulai konflik militer dengan negara lain.(red)