PLN Sulutenggo Dihujani Kritik Pedas, Pemadaman 24 Jam Bukti Bobroknya Kinerja

Daerah, Ekonomi3788 Views

Manado, goldennews.co.id– PLN Sulutenggo kembali jadi bulan-bulanan masyarakat Sulawesi Utara. Pasalnya, pemadaman listrik selama hampir 24 jam membuat warga geram.

Tak tanggung-tanggung, PLN dituding hanya pandai jual citra di media, sementara kualitas layanan terus merosot.

Alasan klise soal kerusakan transmisi kembali dipakai PLN untuk membenarkan pemadaman kali ini.

Namun, masyarakat sudah bosan mendengar dalih yang sama dari waktu ke waktu.

“Ini alasan klasik yang terus diulang tiap tahun. Padahal, kondisi Sulut baik-baik saja, tidak ada bencana atau force majeure,” ujar seorang warga kesal.

Alih-alih bertindak cepat dan sigap, PLN malah dinilai sibuk membangun pencitraan murahan di media.

Warganet dengan lantang meluapkan kekesalan mereka di media sosial.

“Kalau soal pencitraan di media, PLN memang juara.

Hambur-hambur anggaran buat kampanye positif, tapi pelayanan ke masyarakat nol besar,” sindir salah satu komentar pedas dari warganet.

 

Perbaikan Transmisi atau Sekadar Dalih Usang?

Masyarakat menilai alasan “kerusakan transmisi” tak lagi masuk akal.

Mereka bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dikerjakan oleh PLN Sulutenggo setiap hari?

Pasalnya, kerusakan transmisi bukanlah hal baru. Semestinya, dengan anggaran besar dari negara, PLN sudah bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan.

“Kalau mereka tahu ada potensi kerusakan, kenapa tidak dari awal dicegah? Ini malah tunggu rusak baru kerja.

Kalau begini terus, mereka kerja atau cuma nunggu rusak baru panik?” ujar seorang warga yang mengaku rugi besar akibat pemadaman tersebut.

Banyak yang menduga, budaya kerja di PLN Sulutenggo sudah mengakar pada pola kerja “biar rusak dulu, baru bergerak”.

Padahal, potensi kerusakan teknis bisa dideteksi dan diantisipasi lebih awal.

“Kalau memang ada prosedur pemeliharaan, seharusnya mereka sudah tahu kapan transmisi itu rawan rusak. Tapi, entah kenapa, hal yang sama selalu terulang,” tambah warga lainnya.

 

PLN Suluttenggo Dicap Hanya Pandai Minta Maaf, Tak Pandai Cari Solusi

 

Kritik keras juga datang dari Jefrey Sorongan, seorang aktivis di Sulawesi Utara. Menurutnya, PLN Sulutenggo terbiasa dengan budaya “minta maaf” setiap kali terjadi pemadaman, tetapi tidak pernah terbiasa mencari solusi jangka panjang.

“Minta maaf itu gampang. Tapi, kapan PLN ini mau berubah? Sudah bertahun-tahun masalahnya sama, kerusakan transmisi.

Baca juga:  Dihadiri Berbagai Kalangan, Lestari Sukses Gelar Seminar Pariwisata Berbasis Lingkungan dan Kebudayaan

Masa setiap tahun rakyat disuguhi masalah yang sama?” kritik Sorongan dengan nada tegas.

Lebih jauh, Sorongan mempertanyakan ke mana larinya anggaran besar yang diterima PLN dari pemerintah.

Menurutnya, dengan dana yang mencapai ratusan miliar, semestinya PLN tidak lagi mengalami masalah sepele seperti kerusakan transmisi.

“Anggaran negara buat PLN itu bukan kecil, ratusan miliar rupiah! Tapi, pelayanan yang kita dapat? Pemadaman listrik hampir 24 jam! Kalau memang ada anggaran sebesar itu, kenapa PLN tidak punya solusi jangka panjang? Ini bukan bencana alam, ini murni kelalaian,” sergah Sorongan dengan lantang.

Sorongan juga menilai manajemen PLN Sulutenggo terlalu lemah dalam memitigasi risiko.

Menurutnya, jika PLN tidak mampu mengelola transmisi, maka wajar saja jika masyarakat kehilangan kepercayaan.

“Setiap kali rusak, yang keluar cuma kalimat ‘maaf atas ketidaknyamanan’. Maaf terus, kapan ada solusinya?” sindirnya dengan tajam.

 

Citra Dibangun, Kinerja Hancur

Selain masalah teknis, PLN Sulutenggo juga disorot karena lebih sibuk membangun citra positif di media.

Langkah ini dianggap sebagai cara untuk mengalihkan perhatian publik dari buruknya kinerja mereka. Warganet pun tak tinggal diam. Banyak yang mengecam langkah pencitraan ini sebagai “penghamburan anggaran publik”.

“Kalau pencitraan di media, PLN hebat. Tiap hari ada berita positif soal PLN. Tapi realitanya? Listrik mati seharian. Buat apa pencitraan kalau pelayanannya nol besar?” ujar seorang warganet dengan kesal.

Kritik soal pencitraan ini cukup beralasan. Warganet menilai PLN lebih banyak menghabiskan dana untuk kampanye citra positif di media ketimbang memperbaiki sistem distribusi listrik.

Mereka merasa langkah ini hanya untuk menjaga nama baik manajemen PLN, sementara masyarakat dibiarkan menderita dalam kegelapan selama hampir 24 jam.

“Jangan-jangan mereka lebih sibuk rapat soal pencitraan daripada rapat cari solusi masalah transmisi,” cibir warga lainnya di media sosial.

 

Kerugian Masyarakat Tak Terhitung

 

Bukan hanya urusan pencitraan, pemadaman listrik 24 jam ini juga membuat masyarakat mengalami kerugian besar.

Usaha kecil yang bergantung pada listrik, seperti warung makan, penjual es, dan bisnis rumahan, terpaksa merugi.

Sejumlah pengusaha kecil melaporkan kerugian karena makanan yang disimpan di freezer menjadi basi akibat pemadaman panjang.

“Es krim di kulkas saya meleleh semua. Usaha kecil kayak kami ini pasti rugi. Siapa yang tanggung jawab?” keluh seorang pedagang makanan beku di Manado.

Baca juga:  Gunakan Sistem Biometrik, Asuransi Sinarmas MSIG Life Mudahkan Akses Masyarakat Dapatkan Proteksi

Tidak hanya pedagang kecil, pekerja kantoran yang bekerja dari rumah juga merasa dirugikan.

Banyak yang gagal menyelesaikan pekerjaan mereka karena listrik mati seharian. Kerugian ini membuat warga semakin marah dan menuntut agar PLN segera memberikan solusi nyata.

 

Desakan Mundur untuk GM PLN Sulutenggo

Sebagai bentuk kemarahan masyarakat, sejumlah warganet bahkan mulai mendesak General Manager (GM) PLN Sulutenggo untuk mundur dari jabatannya. Menurut mereka, GM sudah gagal dalam mengelola layanan listrik yang seharusnya menjadi kebutuhan utama masyarakat.

“Kalau GM PLN Sulutenggo tidak mampu, lebih baik mundur saja,” ujar seorang warganet dengan nada tajam.

Desakan ini sepertinya bukan sekadar luapan emosi, tetapi bentuk protes atas buruknya layanan PLN yang dianggap sudah tidak bisa ditoleransi lagi.

Sikap proaktif dari manajemen PLN Sulutenggo kini dinantikan.

Apakah mereka akan kembali meminta maaf tanpa solusi, ataukah kali ini ada tindakan nyata yang bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat? Yang jelas, masyarakat Sulawesi Utara sudah lelah dengan janji-janji kosong dan alasan “kerusakan transmisi” yang terus dipakai sebagai tameng.

Kinerja PLN Sulutenggo tengah berada di bawah sorotan tajam masyarakat Sulawesi Utara. Pemadaman listrik yang berlangsung hampir 24 jam memicu kemarahan publik. Berbagai tudingan muncul, mulai dari buruknya manajemen, lemahnya mitigasi risiko, hingga pengelolaan anggaran yang dipertanyakan.

Alasan kerusakan transmisi sudah dianggap klise dan usang.

Lebih dari itu, PLN juga disorot karena terlalu sibuk membangun pencitraan kosong di media.

Warganet merasa, dana besar yang dimiliki PLN seharusnya dipakai untuk memperbaiki kualitas layanan, bukan sekadar menjaga citra positif di media.

Jika PLN Sulutenggo tidak segera berbenah, tuntutan pengunduran GM PLN bisa semakin besar.

Masyarakat telah kehilangan kesabaran. Mereka tak ingin lagi disuguhi permintaan maaf tanpa perubahan nyata.

Dengan anggaran besar yang dikelola PLN, sudah saatnya layanan listrik menjadi lebih stabil dan andal. Citra positif tidak akan menyelamatkan PLN dari hujan protes jika lampu terus padam.(tim)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari GOLDEN NEWS di GOOGLE NEWS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *